about muhammad_anic

Foto saya
Kudus, Jawa Tengah, Indonesia
Q hnya pengen mbagi pengetahuanQ ma tmen2 yg mungkin gi btuh makalah-makalah.... muga saja dpat membantu tmen2 smua... amien...

Sabtu, 14 Mei 2011

Analisis Permendiknas No 16 Tahun 2007 dengan Kompetensi Guru

ANALISIS PERMENDIKNAS NOMOR 16 TAHUN 2007
dengan FUNGSI SUMBER dan MEDIA PEMBELAJARAN

oleh : Muhammad Aniq

Bagaimana anda menganalisis antara isi permendiknas no 16 tahun 2007 dengan fungsi sumber dan media pembelajaran khususnya di SD
a. Uraikan tentang kompetensi guru yang terkait dengan permasalahan tersebut.
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik yakni kemampuan guru dalam memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran yang baik, mengevaluasi hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan dan membimbing peserta didik untuk menemukan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi Pedagogik meliputi:
a. Mampu memahami peserta didik secara mendalam, meliputi mempermudah pemahaman peserta didik dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi materi yang akan dipelajari peserta didik.
b. Mampu merancang pembelajaran, memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran, yang meliputi memahami landasan pendidikan, menerapkan teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
c. Melaksanakan pembelajaran, meliputi mengatur latar (setting) pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran, yang meliputi merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode, menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
e. Mampu membantu peserta didik untuk menggali dan mengembangkan berbagai potensinya, meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik, dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian seorang guru meliputi:
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.
Seorang guru harus mampu menghargai peserta didik tanpa membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender, mampu bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum, dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beraneka ragam.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
Guru harus berperilaku jujur, tegas, manusiawi, mencerminkan ketaqwaan serta akhlak mulia, dan berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakar di sekitarnya.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.
Seorang guru diharapkan mampu menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan stabil, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.
d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
Sebagai seorang pendidik, guru harus mampu menunjukkan etos kerja dan tanggung jawab yang tinggi, bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri, bekerja mandiri secara profesional, menjunjung tinggi kode etik profesi guru, mampu memahami, menerapkan, serta kode etik profesi guru, serta berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi yang ketiga yakni kompetensi sosial. Kompetensi sosial yakni kompetensi yang berhubungan dengan lingkungan masyarakat. Seorang pendidik harus mampu berinteraksi dengan baik kepada masyarakat ( lingkungan di luar sekolah ). Kompetensi sosial seorang guru meliputi:
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
Guru diharapkan mampu berkomunikasi dengan teman sejawat. Orang tua peserta didik, dan masyarakat secara santun, empatik dan efektif. Kemudian guru juga harus mengikutsertakan orang tua peserta didik dalam program pembelajaran agar mampu mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
Sebagai seorang pendidik mampu beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja untuk meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk memahami bahasa daerah setempat. Selain itu seorang pendidik diharapkan dapat melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi yang terakhir yang perlu dimiliki oleh seorang pendidik yakni kompetensi profesional, yakni kompetensi yang dimiliki seorang pendidik agar mampu mengutamakan kepentingan yang berkaitan dengan pembelajarannya daripada kepentingan dirinya sendiri. Seorang guru dalam proses pembelajaran harus bisa mengesampingkan / memilah-milah mana yang lebih penting untuk di selesaikan dalam pembelajaran dan mana yang belum terlalu penting untuk diselesaikan. Dalam hal ini, kompetensi yang sesuai dengan Permendiknas yakni guru diharapkan mampu menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
b. Jika terjadi pembelajaran di dalam kelas, peserta didik tidak tertarik dengan materi yang disampaikan oleh guru.
Siswa ribut biasanya ada sesuatu yang tidak beres dengan proses pembelajaran yang diselenggarakan oleh guru. Atau, ada sesuatu yang lebih menarik bagi siswa dibanding proses pembelajaran. Itu sebabnya, maka hal yang membuat siswa lebih tertarik itu harus didayagunakan untuk mendukung proses pembelajaran.
Guru harus mampu membaca suasana hati siswa ketika mengajar, kemudian menyesuaikan aktivitas pembelajaran dengan suasana hati siswa. Ini penting, agar proses pembelajaran berlangsung mulus.
Idealnya, guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati setiap siswa di kelas. Namun ini agaknya tidak mungkin. Oleh karena itu cukuplah jika guru menyesuaikan proses pembelajaran dengan suasana hati sebagian besar siswa di kelas.
Bagaimana caranya? Pertama, masukilah dunia siswa. Guru dapat memasuki dunia siswa dalam pembelajaran melalui pertanyaan pancingan yang mengarah pada sesuatu yang sedang menjadi topik perbincangan siswa. Atau, guru mencermati apa yang sedang menarik perhatian siswa, kemudian membicarakan sesuatu yang menarik dari apa yang diperhatikan siswa tersebut. Sebentar saja. Tujuannya adalah untuk membawa siswa kepada pelajaran.
Selanjutnya, cari hubungkan apa yang diperbincangkan tadi dengan materi pelajaran, sehingga siswa memberikan perhatian kepada pelajaran. Jangan dipaksakan! Jika sebentar saja perhatian siswa kembali ke hal di luar pelajaran, maka berarti pelajaran hari itu memang tidak menarik bagi siswa.
Dalam situasi seperti ini guru harus cerdas dan kreatif untuk mengubah pelajaran yang tidak menarik itu menjadi menarik bagi siswa. Temukan, apakah karena metode yang tidak tepat, materi yang terlalu sulit, komunikasi yang monoton tidak menginspirasi, atau karena tidak digunakannya media pembelajaran yang sesuai.
Apabila sudah ditemukan penyebab tidak menariknya pelajaran bagi siswa (kalah menarik dibandingkan dengan situasi di luar kelas), maka segera temukan solusinya, dan terapkan dalam pembelajaran. Anda akan menemukan bahwa sebenarnya tidak sulit mengelola situasi di kelas agar fokus pada pembelajaran ketika kita memang sudah mencintai pekerjaan kita, mencintai murid-murid kita, dan berkomitmen untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan dan keberhasilan murid-murid kita.

c. Bagaimana anda memandang beberapa istilah : bahan ajar sumber balajar, media pembelajaran, media pembelajaran dan alat peraga. (jelaskan)!

Jumat, 13 Mei 2011

Penelitian Tindakan Kelas Permainan Terka Gambar

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

DALAM MENDESKRIPSIKAN BENDA DENGAN TEKNIK PERMAINAN TERKA GAMBAR PADA SISWA KELAS 4 SD 02 ADIWARNO

KABUPATEN KUDUS



A. Judul Usulan Penelitian

Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Dalam Mendeskripsikan Benda Dengan Teknik Permainan Terka Gambar Pada Siswa Kelas 4 Sd Adiwarno Kabupaten Kudus.

B. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, tidak lepas dari 4 aspek yang ada di dalamnya, yakni aspek membaca, mendengarkan, menulis, dan berbicara. Keempat aspek tersebut satu sama lain saling berhubungan.

Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya. Berbicara pasti tidak jauh dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lainnya. Komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya komunikasi verbal dan komunikasi non verbal. Komunikasi verbal menggunakan bahasa sebagai sarananya, sedangkan komunikasi non verbal menggunakan sarana gerak-gerik seperti warna, gambar, bunyi bel, dan sebagainya. Komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien, dan efektif.



Dalam kehidupan sehari-hari, semua orang melakukan komunikasi dengan berbicara. Namun tidak semua orang saat berbicara memiliki kemampuan yang baik dalam menyampaikan isi pesannya kepada orang lain sehingga orang lain tidak dapat mengerti apa maksud dan keinginannya, dapat dikatakan bahwa tidak semua orang memiliki kemampuan yang baik dalam menyelaraskan atau menyesuaikan apa yang ada di dalam pikiran atau perasaannya dengan apa yang diucapkannya, sehingga orang lain yang mendengarkannya tidak dapat memiliki pengertian dan pemahaman yang sesuai dengan keinginan si pembicara.

Bagi siswa kelas IV SD berbicara merupakan suatu hal yang cukup sulit, apalagi berbicara untuk menyampaikan suatu ide/gagasan, pendapat, penjelasan terhadap suatu permasalahan, atau menjabarkan suatu tema permasalahan, pasti memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, karena mereka belum terbiasa, bahkan tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. Dibutuhkan suatu keterampilan atau kecakapan dengan proses latihan yang secukupnya untuk dapat berbicara dengan baik, dalam hal ini berbicara dalam mendeskripsikan gambar / mengungkapkan suatu ide.

Keterampilan berbicara pada umumnya harus dimiliki oleh semua orang khususnya siswa yang di dalam kegiatannya membutuhkan komunikasi, baik yang sifatnya satu arah maupun yang timbal balik ataupun keduanya. Seseorang yang memiliki keterampilan berbicara yang baik, akan memiliki kemudahan dalam pergaulan, baik di rumah, di sekolah, maupun di tempat lainnya. Dengan keterampilan yang memadai segala pesan yang disampaikannya akan mudah dipamahami seseorang, sehingga komunikasi dapat berjalan lancar dengan siapa saja.

Pada dasarnya seorang pembicara yang handal adalah seseorang yang ketika ia berbicara, baik dalam komuniasi formal (presentasi, ceramah, dll.) maupun informal (pergaulan) memiliki daya tarik yang rhetoris (mempesona) dengan isi pembicaraan yang efektif (sistematis, benar/tepat, singkat dan jelas dengan bahasa yang tepat) sehingga orang yang mendengarkannya dapat mengerti dengan jelas dan tergugah perasaannya.

Singkatnya, semua orang, apapun profesinya, bila di dalam kegiatannya menggunakan komunikasi (pembicaraan) sebagai sarananya, maka ia perlu memiliki keterampilan berbicara, terlebih lagi sebagai seorang tenaga pendidik. Seorang pendidik harus memiliki ketrampilan berbicara yang baik, agar anak didiknya mampu memahami dan mengetahui pesan/materi yang disampaikannya. Namun bukan hanya pendidiknya saja yang harus memiliki ketrampilan berbicara yang baik, pendidik juga harus membantu siswa memiliki ketrampilan bebicara dengan baik, proses pembelajaran di dalam kelas tidak hanya terjadi komunikasi satu arah, namun komunikasi yang saling timbal balik antara guru dengan siswanya.

Kebanyakan siswa takut apabila guru menyuruh maju ke depan kelas untuk berbicara / menceritakan tugas yang diberikan guru, itu terjadi karena siswa belum memiliki kepecayaan yang tinggi dan ketrampilan berbicaranya masih sangat rendah. Seorang guru diharapkan mampu meningkatkan kepercayaan diri siswa dan keterampilan berbicaranya, sehingga siswa tidak merasa takut menyampaikan ide/gagasannya kepada siswa lainnya.

Dengan demikian, penelitian ini mengambil subjek penelitian siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kebupaten Kudus untuk mengembangkan secara optimal potensi siswa untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mendekripsikan benda.

C. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan tentang penelitian ini. Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan orang lain. Berbicara pasti berkaitan erat dengan bahasa, karena bahasa merupakan unsur yang penting dalam berkomunikasi dengan orang lain. Dalam kehidupan manusia tidak luput dari proses komunikasi, misalnya dialog dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan sebagainya.

Dalam lingkungan sekolah khususnya pada saat proses belajar terjadi komunikasi banyak arah, yakni antara guru dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa. Akan tetapi komunikasi yang terjadi antara siswa dengan guru masih sangat terbatas, kebanyakan siswa takut berbicara / mengeluarkan gagasannya kepada guru dan siswa lainnya, siswa takut menyampaikan gagasannya di depan kelas, itu terjadi karena keterampilan berbicara siswa masih sangat terbatas dan kepercayaan diri siswa masih sangat kurang. Pendidik harus membantu meningkatkan keterampilan berbicara dan kepercayaan diri siswa agar seluruh siswa aktif dan berani menyampaikan gagasannya kepada siswa lain di depan kelas. Dalam hal ini keterampilan berbicara dalam mendskripsikan benda yang berkaitan dengan materi.

D. Pembatasan Masalah

Penelitian PTK ini terfokus pada pengaruh Teknik Permainan Terka Gambar terhadap keterampilan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda. Keterampilan berbicara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterampilan dalam menyampaikan ide/gagasan dan mendeskripsikan dengan tepat suatu benda yang terkait dalam pembelajaran.

E. Perumusan Masalah

Pokok bahasan yang dikaji dalam penelitian ini adalah penerapan Teknik Terka Gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam mendeskripsikan benda bagi siswa kelas IV Sekolah Dasar 03 Adiwarno Kabupaten Kudus. Masalah pokok yang dirumuskan adalah berikut ini.

1. Apakah terdapat peningkatan keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa dalam mendeskripsikan benda yang sesuai dengan materi dengan diterapkannya Teknik Permainan Terka Gambar?

2. Bagaimanakah tanggapan siswa tentang penerapan Teknik Permainan Terka Gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda setelah diterapkannya Teknik Permainan Terka Gambar.

2. Bagaimana tanggapan siswa tentang penerapan Teknik Permainan Terka Gambar untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa dalam mendeskripsikan benda.

G. Manfaat Penelitian

Sekecil apapun, penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi siswa, guru, maupun sekolah :

1. Keterampilan berbicara siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kudus dalam mendeskripsikan benda dapat meningkat.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memilih dan menentukan pendekatan dalam melakukan pengajaran, sehingga siswa memiliki kompetensi dengan materi yang diajarkan, dan profesionalisme guru semakin meningkat.

3. Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak sekolah untuk memotivasi semangat para guru untuk mengadakan penelitian sejenis, sehingga dapat meningkatkan kinerja guru dan mutu sekolah akan meningkat.

H. Kajian Teori

1. Hakikat Keterampilan Berbicara

Pada hakikatnya keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan (Tarigan 1990:15). Keterampilan berbicara sangat penting dimiliki seseorang agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penutur dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Bentuk komunikasi lisan ini paling banyak digunakan orang dalam kehidupan sehari-hari, karena bentuk komunikasi verbal dianggap paling sempurna, efisien dan efektif (Yuniawan 2002:1).

Dengan keterampilan berbicaralah pertama kali kita berkomunikasi dengan lingkungan tempat kita berada. Dengan memperhatikan betapa pentingnya keterampilan berbicara ini, maka setiap orang dituntut untuk dapat berbicara dengan baik dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup. Keterampilan ini tidak diperoleh secara otomatis, melainkan harus belajar dan berlatih.

a. Pengertian Berbicara

Berbicara merupakan keterampilan dalam menyampaikan pesan/ide/gagasan melalui bahasa lisan kepada orang lain. Setiap manusia dituntut terampil berkomunikasi, terampil menyatakan pikiran, gagasan, ide, dan perasaan. Terampil menangkap informasi-informasi yang didapat, dan terampil pula menyampaikan informasi-informasi yang diterimanya.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Contohnya dalam lingkungan sekolah, dialog selalu terjadi, antara guru dengan siswa, guru dengan guru, dan siswa dengan siswa. Berbicara meiliki peran yang sangat penting di lingkungan sekolah, guru menyampaikan suatu materi kepada siswa dengan cara berbicara, kemudian siswa saling berberbagi pengetahuan tentang materi yang telah disampaikan guru juga dengan berbicara. Suatu komunikasi (verbal) yang terjadi baik di lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan lainnya dilakukan dengan cara berbicara.

b. Tujuan Berbicara

Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, melaporkan, sesuatu hal kepada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan suatu proses, mendeskripsikan suatu hal, memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan. Agar pendengar memahami dan mengerti apa maksud yang disampaikannya, setidaknya perlu memiliki keterampilan berbicara yang cukup baik, sehingga apa yang dilakukan / diberikan pendengar sesuai dengan apa yang kita harapkan.

c. Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara

Keterampilan berbicara seseorang, sangat dipengaruhi oleh dua faktor penunjang utama yaitu internal dan eksternal. Faktor internal adalah segala sesuatu potensi yang ada di dalam diri orang tersebut, baik fisik maupun non fisik (psykhis), faktor pisik adalah menyangkut dengan kesempurnaan organ-organ tubuh yang digunakan didalam berbicara misalnya, pita suara, lidah, gigi, dan bibir, sedangkan faktor non fisik diantaranya adalah: kepribadian (kharisma), karakter, temparamen, bakat (talenta), cara berfikir dan tingkat intelegensia. Sedangkan faktor eksternal misalnya tingkat pendidikan, kebiasaan, dan lingkungan pergaulan. Namun demikian, kemampuan atau keterampilan berbicara tidak secara otomatis dapat diperoleh atau dimiliki oleh seseorang, walaupun ia sudah memiliki faktor penunjang utama baik internal maupun eksternal yang baik. Kemampuan atau keterampilan berbicara yang baik dapat dimiliki dengan jalan megasah dan mengolah serta melatih seluruh potensi yang ada.

d. Pengertian Deskripsi

Deskripsi adalah karya yang menggambarkan / memaparkan rincian atau detail tentang suatu objek, dan akan membuat imajinasi dan sensitifitas pembaca atau pendengar seperti melihat, mendengar, merasakan atau mengalami langsung objek dan peristiwa tersebut. Suatu deskripsi yang baik adalah gambaran yang disampaikan sesuai dengan keadaan sebenarnya, oleh karena ini untuk mendeskripsikan sebuah obyek, maka orang yang mendeskripsikan harus benar-benar memahami obyek yang dideskripsikannya.

e. Media Gambar

Purwanti dan Eldarni (2004:4) dalam Wijaya Kusuma (2007), mengungkapkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengiriman pesan ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga terjadi proses pembelajaran.

D. Syahrudin (2007) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa :

a. Media gambar dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis karangan di sekolah dasar.

b. Penggunaan media gambar dalam pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkembangkan motivasi belajar, dan dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa dalam berimajinasi dan berekspresi.

f. Teknik Permainan Terka Gambar

Dalam dunia pendidikan, guru hendaknya mengenal dan memahami hal-hal yang berkaitan tentang bagaimana cara meningkatkan belajar siswa, beberapa diantaranya guru harus tepat memilih, strategi, model, dan teknik pembelajaran. Dalam hal ini penulis berfokus pada teknik pembelajaran yang digunakan penulis dalam penelitian ini.

Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Dalam penelitian ini guru menggunakan Teknik Permainan Terka Gambar, yakni suatu teknik dalam pembelajaran yang menggunakan media / alat peraga gambar / benda nyata dalam proses pembelajarannya. Dalam teknik ini ada unsur permainannya sehingga dapat menarik minat belajar siswa dan siswa tidak merasa jenuh / bosan dalam mengikuti proses pembelajaran.

Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan Teknik Permainan Terka Gambar adalah sebagai berikut:



Langkah


Teknik Terka Gambar

1


Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2


Membentuk kelompok dengan anggota 2 anak (sebangku).

3


Menyajikan materi sebagai pengantar.

4


Guru menunjukkan/memperlihatkan benda / gambar dalam kehidupan sehari-hari, kemudian guru memberi contoh mendeskripsikan benda / gambar tersebut.

5


Setelah selesai menjelaskan, guru mengambil beberapa benda / gambar yang berbeda dan tidak memperlihatkan dahulu kepada siswa. Kemudian guru mengundi urutan kelompok yang akan maju ke depan kelas.

6


Guru meminta kelompok yang mendapat nomor urut 1 maju ke depan kelas, kemudian memilih salah satu benda / gambar yang telah disediakan guru. Setelah memilih, kelompok tersebut mendeskripsikan benda / gambar yang telah dipilihnya di depan kelas. Begitu seterusnya sampai kelompok terakhir.

7


Guru melakukan Evaluasi

8


Refleksi dan Penutup



I. Penelitian yang Relevan

Penelitian mengenai keterampilan berbahasa pada umumnya bukanlah hal baru dalam dunia pendidikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan keterampilan berbicara, kebanyakan penelitian tersebut tersebut merupakan penelitian tindakan kelas untuk. Pembelajaran keterampilan berbicara perlu mendapatkan perhatian karena keterampilan ini sangat penting. Dalam kehidupan sehari-hari, melalui keterampilan berbicaralah pertama kali kita berkomunikasi dengan orang lain. Pustaka-pustaka yang mendasari penelitian ini adalah tulisan-tulisan hasil penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.

Salah satu penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah penelitian yang dilakukan oleh Paiman pada siswa kelas I SLTPN 2 Subah untuk pembuatan skripsinya. Skripsi yang dibuatnya diberi judul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Simulasi pada Siswa Kelas I SLTPN 2 Subah, Batang. Dalam penelitiannya disimpulkan bahwa melalui teknik simulasi keterampilan berbicara siswa dapat ditingkatkan. Peningkatan ini terlihat dari persentase keterampilan berbicara yang meningkat dari siklus I ke siklus II sebesar 12,38%. Tidak hanya peningkatan keterampilan berbicara siswa saja, siswa juga memberikan respon positif dalam pembelajaran berbicara melalui teknik simulasi. Respon positif yang ditunjukkan adalah keaktifan dan antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Kemudian penelitian yang relevan dengan penelitian ini lagi yakni penelitian yang dilakukan Hidayah (2002), membuat skrisi yang diberi judul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik Reka Cerita Gambar pada Siswa Kelas I C MA Al-Asror Patemon Gunungpati, Semarang. Nur Hidayah menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa terjadi perbedaan hasil antara siklus I dan siklus II sebesar 9,15 dan terbukti bahwa teknik reka cerita gambar dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

Dengan demikian, penelitian ini cukup memberikan masukan bagi guru bahasa Indonesia untuk memilih teknik pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa.

J. Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah dan kajian teori di atas, hipotesis tindakan yang peneliti ajukan adalah:

1. Keterampilan berbicara dalam mendeskripsikan benda siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kudus akan meningkat secara signifikan dengan diterapkannya Teknik Permainan Terka Gambar.

2. Siswa senang dengan adanya Terknik Permainan Terka Gambar ini pada pembelajaran keterampilan berbicara dalam mendeskripsikan benda.

K. Prosedur Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kabupaten Kudus.

2. Variabel

Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah peningkatan keterampilan berbicara dalam mendeskripsikan benda, siswa kelas IV SD 02 Adiwarno, dan variabel bebas (penentu) adalah Teknik Terka Gambar..

3. Rencana Tindakan

a. Perencanaan

Dalam mempelajari bahasa ada 4 aspek, aspek-aspek yang dimaksud adalah menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan. Dalam penelitian ini penulis ingin meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kudus dalam mendeskripsikan benda. Selama ini tingkat keterampilan berbicara siswa kelas IV SD 02 Adiwarno dalam mendeskripsikan benda dirasa belum optimal. Pengajaran di kelas masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu penulis berupaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD 02 Adiwarno Kudus dalam mendeskripsikan benda dengan menggunakan Teknik Terka Gambar.

b. Implementasi Tindakan

Pelaksanaan tindakan yang meliputi siapa yang melakukan apa, kapan, di mana dan bagaimana melakukannya. Kemudian membuat membuat skenario pembelajaran, skenario tersebut dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Pada saat yang bersamaan kegiatan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interprestasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi.

c. Observasi

Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukannya pengamatan adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.

d. Refleksi

Pada bagian refleksi dilakukan analisis mengenai proses, masalah dan hambatan yang dijumpai dan dilanjutkan dengan refleksi terhadap dampak pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan.

4. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan tes, angket, observasi, dan rekaman video. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara. Angket digunakan untuk mengumpulkan data keberterimaan Teknik Terka Gambar oleh para siswa. Observasi digunakan untuk mengetahui efektifitas langkah-langkah pembelajaran baik guru maupun siswa. Rekaman video untuk melengkapi data ketiganya.

5. Indikator kinerja

Sebagai tolok ukur peningkatan keterampilan berbicara siswa kelas IV SD 02 Adiwarno dalam mendeskripsikan benda, keterampilan ini diukur dengan menggunakan tes mendeskripsikan benda-benda yang ada di lingkungan sekolah di depan kelas.

DAFTAR PUSTAKA



Murtono. 2010. Menuju Kemahiran Berbahasa Indonesia. Surakarta : UNS Press.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Zaini, Hisyam. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani.